Rangkaian Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji Sesuai Syariat
​
Dapat melakukan haji di tanah suci ialah impian segala umat muslim. Sehingga tidak heran terdapat banyak sekali kalangan muslimin serta muslimat yang menekuni tata metode penerapan ibadah haji cocok syariat semenjak dini.
Untuk Kamu yang masih bimbang serta mau belajar, ikuti uraian berikut.
1. Melaksanakan Ihram
Urutan tata metode ibadah haji yang awal merupakan melaksanakan ihram. Ini ialah perihal yang harus dicoba oleh tiap jamaah haji, serta ihram dicoba semenjak Miqat. Jarak Miqat umumnya telah didetetapkan oleh pihak yang berwenang bersumber pada dari tempat tinggal jamaah. Kala melakukan ihram, jamaah pria wajib memakai kain yang tidak dijahit serta disunnahkan bercorak putih. Sebaliknya buat jamaah wanita diwajibkan memakai baju yang menutup aurat, namun tidak boleh memakai tudung.
Saat sebelum berihram, jamaah haji disunnahkan buat mandi serta berwudhu terlebih dulu. Tidak hanya itu para jamaah pula disunnahkan buat memotong kuku, kumis, bulu ketiak, dan bulu kemaluan. Ihram dapat dilaksanakan semenjak bulan syawal sampai bertepatan pada 9 bulan Dzulhijah. Sepanjang berihram terdapat sebagian larangan ataupun hal- hal yang wajib dihindari oleh jamaah haji. Di antara lain merupakan berjima dengan terencana, memburu hewan ataupun burung, serta bawa senjata. Bila melanggar salah satu dari larangan di atas, dapat menimbulkan haji batal ataupun tidak legal.
2. Wukuf di Padang Arafah
Tata metode penerapan ibadah haji selanjutnya yang wajib dicoba oleh jamaah merupakan wukuf di Padang Arafah. Kala terletak di mari, segala jamaah hendak diajak berdzikir serta berdoa buat meminta ampunan kepada Allah terhadap seluruh dosanya. Wukuf sendiri ialah kata dari bahasa Arab yang maksudnya merupakan berdiam diri. Arafah sendiri merupakan suatu gunung tempat di mana nabi mengantarkan khutbah terakhir kali buat para umatnya. Wukuf dilaksanakan sehabis matahari tergelincir pada bertepatan pada 9 Dzulhijjah.
Kala melakukan wukuf di Padang Arafah, jamaah haji disunnahkan buat lebih banyak berdzikir mengingat Allah. Tidak hanya itu para jamaah pula dianjurkan buat melaksanakan sholat jamak taqdim qashar serta banyak menghadap kiblat. Di mari wajib banyak- banyak memanjatkan doa. Butuh dikenal kalau wukuf ialah salah satu perihal yang membedakan antara ibadah haji serta ibadah umrah. Sebab seorang yang melakukan umrah tidak hendak melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Mereka cuma hendak melaksanakan ihram, thawaf, sa’ i, serta tahallul sehabis itu berakhir.
3. Melaksanakan Thawaf Ifadah
Urutan tata metode penerapan haji yang ketiga serta tidak boleh dilewatkan merupakan melaksanakan thawaf ifadah. Sepanjang thawaf ifadah, jamaah wajib terletak di Masjidil Haram serta berkelana Ka’ bah sebanyak 7 kali. Sepanjang mengitari Ka’ bah, jamaah wajib terus melafalkan teks talbiyah. Sepanjang melakukan thawaf ifadah, jamaah pria disarankan buat menghasilkan suara yang nyaring serta terdengar jelas. Sebaliknya buat jamaah wanita ada ketentuan kebalikannya, ialah hendaknya melafalkan teks talbiyah dengan suara pelan serta tidak sangat nyaring.
Hendaknya thawaf diawali dari dari sebelah kiri Ka’ bah. Sebagian ketentuan yang wajib dipadati jamaah dikala berthawaf merupakan menutup aurat dengan sempurna. Tidak hanya itu suci dari hadas besar ataupun kecil serta wajib berwudhu dulu, pula jadi ketentuan buat melaksanakan thawaf. Bila wudhu batal dikala jamaah tengah berthawaf, wajib lekas kembali mensucikan diri. Sehabis itu thawaf dapat dilaksanakan dengan meneruskan hitungan memutari Ka’ bah yang sudah dicoba lebih dahulu. Sehabis berakhir jamaah disunnahkan buat sholat sunnah thawaf.
4. Melakukan Sa’ i di Bukit Shafa serta Marwah
Biar haji legal hingga jamaah wajib menjajaki tata metode penerapan ibadah haji berikut ini ialah melakukan sa’ i. Karensa sa’ i ialah salah satu rukun ibadah haji. Butuh dikenal kalau sa’ i ialah kata dari bahasa Arab yang maksudnya merupakan berlari ataupun berupaya. Kala melakukan sa’ i, jamaah pria disarankan buat berlari- lari kecil di antara Bukit Shafa serta Bukit Marwah. Sebaliknya buat jamaah wanita tidak diwajibkan berlari kecil, tetapi dapat melaksanakannya dengan berjalan kilat serta senantiasa berjaga- jaga biar tidak tersandung baju.
Tetapi untuk jamaah yang sekiranya tidak dapat berlari kecil ataupun berjalan, dapat melaksanakan sa’ i dengan memakai dorongan sofa roda. Bila membolehkan jamaah hendaknya berjalan ataupun berlari kecil sampai ke atas bukit, tetapi bila tidak dapat hingga lumayan hingga kaki bukit. Sejarah dari rukun haji yang satu ini ialah cerita Siti Hajar yang kesusahan mencari air dikala anaknya nabi Ismail kehausan. Siti Hajar terus berlari di antara Bukit Shafa serta Marwah serta berupaya mencari mata air di dekat. Sampai kesimpulannya Allah memberinya mata air zamzam
5. Menginap di Muzdalifah
Selanjutnya tata metode penerapan ibadah haji yang pula tidak boleh dilewatkan oleh para jamaah merupakan menginap ataupun mabit di Muzdalifah. Butuh dikenal kalau Muzdalifah ialah sesuatu kawasan terbuka yang terdapat di antara Kota Mekkah serta Mina Arab Saudi. Mabit di Muzdalifah ini wajib dicoba oleh tiap jamaah haji sehabis melakukan wukuf di Padang Arafah. Kala terletak di muzdalifah jamaah tidak cuma istirahat buat melanjutkan aktivitas ibadah berikutnya. Tetapi di mari mereka diwajibkan buat mengumpulkan batu kerikil.
Nantinya batu kerikil tersebut hendak digunakan buat urutan tata metode ibadah haji selanjutnya ialah melontarkan jumrah. Umumnya jamaah hendak bergerak mengarah Muzdalifah kala menjelang maghrib. Aktivitas mabit ini dicoba sampai tengah malam ataupun pagi keesokan hari.Kala terletak di Muzdalifah, jamaah haji diharapkan dapat mensterilkan diri serta membentengi hati biar dapat melawan musuh setan. Triknya dengan berdzikir, bertaubat, serta berdoa kepada Allah mudah- mudahan senantiasa diberi proteksi serta dapat melindungi diri dari godaan setan ataupun iblis.
6. Melontarkan Jumrah di Aqabah
Semacam yang sudah di informasikan lebih dahulu, kala terletak di Muzdalifah jamaah haji dimohon buat mengumpulkan kerikil dalam suatu wadah. Nah kerikil tersebut hendak digunakan buat tata metode penerapan ibadah haji berikutnya ialah melontarkan ataupun melontarkan jumrah di Aqabah.
Selaku umat muslim kita wajib senantiasa mengingat kalau iblis tidak sempat mati sehingga kita wajib senantiasa waspada serta memeranginya. Kala melaksanakan lempar jumrah, jamaah wajib tetap membaca takbir sampai berakhir melontarkan batu kerikil sebanyak 7 kali. Butuh diingat dikala melontarkan batu kerikil, jamaah tidak boleh melemparnya sekalian ataupun dalam jumlah yang banyak. Jadi jamaah haji wajib melontarkan jumrah di Aqabah dengan batu kerikil triknya satu persatu. Aktivitas ini dilaksanakan pada bertepatan pada 10 bulan Dzulhijjah.
7. Memotong Rambut
Sehabis menuntaskan tata metode penerapan ibadah haji melontarkan jumrah, selanjutnya jamaah wajib melaksanakan tahallul dini. Yang diartikan dengan tahallul dini merupakan memotong rambut paling tidak 3 helai. Perihal ini berlaku untuk jamaah haji pria ataupun jamaah wanita. Butuh diingat tahallul dini ini cuma boleh dicoba oleh jamaah haji yang telah melaksanakan thawaf ifadhah serta melontarkan jumrah. Dengan melaksanakan tahallul dini ini berarti segala larangan yang tidak dibolehkan sehabis ihram telah tidak berlaku lagi.
Tetapi masih terdapat 1 larangan yang tidak boleh dicoba walaupun sudah melaksanakan tahallul dini. Pendamping suami istri masih tidak diperbolehkan buat berjima ataupun berhubungan suami istri. Tidak hanya itu bermacam perihal yang menuju pada berjima semacam memegang dengan syahwat pula dilarang. Buat melaksanakan tahallul dini, jamaah dapat memotong rambut sehabis datang di Mina. Namun aktivitas memotong rambut ini tidak boleh dicoba bila jamaah datang di Mina sehabis matahari tenggelam. Bila hingga hadapi perihal tersebut, hingga jamaah haji wajib membayar dekameter ataupun denda.
8. Melontarkan 3 Jumrah
Aktivitas melontarkan jumrah ini hendak umumnya dilaksanakan pada bertepatan pada 11- 13 bulan Dzulhijah, bertepatan pada 11- 12 merupakan Naffar Awwal serta 13 merupakan Nafar Tsani. Kala jumrah di Aqabah, jamaah haji wajib melemparkan batu kerikil yang telah dicari lebih dahulu sebanyak 7 kali.
Dikala melontarkan batu kerikil ini ada 3 tiang ataupun jumrah yang wajib dilempari ialah Jumrah Ula, Jumrah Wusta, serta Jumrah Aqabah. Jumrah Ula posisinya di dekat Haratullisan, Jumrah Wusta di antara jumrah Ula serta Aqabah. Terakhir Jumrah Aqabah terletak di perbatasan Mina serta Mekkah.
Dalam aktivitas melontarkan jumrah ada pesan untuk para umat muslim buat tetap memerangi iblis serta seluruh godaannya. Kala melontarkan jumrah, jamaah haji wajib melaksanakannya secara berentetan serta tidak boleh terbalik antara satu sama lain.
Sebab bila hingga terbalik, hingga jamaah tersebut wajib mengulang semenjak dini lagi. Perihal yang harus dikenal oleh jamaah merupakan batu yang digunakan buat melontarkan jumrah wajib kerikil serta tidak boleh tipe lain. Bila terdapat jamaah yang sakit, hingga aktivitas ini dapat diwakilkan.
9. Menginap di Mina
Berikutnya tidak hanya menginap di Muzdalifah, tiap jamaah haji pula diharuskan buat menginap ataupun bermalam di Mina. Para jamaah dapat menginap di Mina pada bertepatan pada 11- 13 bulan Dzulhijjah sehabis melakukan lempar jumrah. Mina ialah suatu lembah yang terdapat di dekat Mekkah.
Jarak Mina dari Kota Mekkah dekat 5 km serta di kawasan ini ada banyak sekali tenda jamaah yang lagi bermalam. Apalagi kawasan ini pula menemukan julukan selaku kota tenda. Kala terletak di Mina, jamaah dapat rehat sejenak saat sebelum melakukan aktivitas esok.
Tata metode penerapan ibadah haji dengan bermalam di Mina ini dibedakan jadi 2 tipe ialah nafar awwal serta nafar tsani. Nafar awwal ialah aktivitas menginap di Mina sampai 2 hari, sebaliknya nafar tsani merupakan menginap di Mina sampai 3 hari.
10. Melaksanakan Thawaf Wada ataupun Thawaf Perpisahan
Tata metode penerapan ibadah haji yang mulai merambah sesi akhir merupakan melaksanakan thawaf wada. Thawaf ini pula kerap diucap selaku thawaf perpisahan sebab ialah salah satu ciri hendak berakhirnya ekspedisi haji umat muslim.
Thawaf wada hendak dicoba kala jamaah haji hendak meninggalkan Kota Mekkah. Sehabis melakukan thawaf perpisahan, para jamaah tidak hendak dibolehkan buat menginap kembali di hotel. Mereka wajib lekas berangkat meninggalkan kota Mekkah secepatnya.
Sehabis melaksanakan thawaf wada, jamaah cuma boleh terletak di hotel buat menunggu bis, berangkat ke wc ataupun bersiap berangkat ke tempat lain. Misalnya bila jamaah mau berangkat ke Kota Madinah buat berziarah, perihal ini diperbolehkan yang terutama merupakan tidak kembali ke Mekkah.
Keutamaan dari thawaf wada di antara lain merupakan menemukan pahala sama semacam memerdekakan budak dari Bani Ismail. Tiap perkataan yang di informasikan dikala bertawaf wada setara dengan 10 kali lipat kebaikan. Malaikat pula hendak turut mendoakan tiap perihal yang dipanjatkan dalam doa.
11. Melaksanakan Tahallul Akhir
Urutan tata metode penerapan haji yang sangat akhir merupakan melaksanakan tahallul akhir ataupun tahallul tsani. Aktivitas ini cuma boleh dicoba kala segala rangkaian ibadah haji telah dituntaskan oleh jamaah. Sehabis melaksanakan tahallul akhir, hingga segala larangan ihram telah berakhir.
Berbeda dengan tahallul dini, sehabis tahallul akhir hingga seluruh larangan ihram telah tidak berlaku. Begitu pula buat pendamping suami istri telah diperbolehkan berjima serta tidak hendak membatalkan haji.
Sederhananya seseorang jamaah haji boleh melaksanakan tahallul akhir bila telah melakukan segala rukun haji. Bila tahallul tsani dicoba saat sebelum menuntaskan rukun haji, hingga ibadah hajinya hendak dikira batal ataupun tidak legal.
Pada dasarnya tata metode penerapan ibadah haji merupakan perihal yang harus dipelajari oleh tiap muslim semenjak dini. Sehingga dikala melakukan haji nantinya jamaah tersebut dapat jadi haji yang mabrur.
Kala menekuni tata metode haji secara tidak langsung Kamu pula telah menekuni rukun haji, sehingga bisa menguasai penerapan ibadah haji secara baik.