saco-indonesia.com, Pembebasan bersyarat terpidana 20 tahun penjara dalam kasus penyelundupan mariyuana, Schapelle Leigh Corby m
saco-indonesia.com, Pembebasan bersyarat terpidana 20 tahun penjara dalam kasus penyelundupan mariyuana, Schapelle Leigh Corby mencerminkan preseden buruk bagi penegakan hukum di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kebijakan bebas bersyarat bagi Corby jika telah menilik dari segi perbuatan pidana dinilai sangat tidak elok.
“Policy juga bukan masalah main-main. Ini telah menunjukkan pewajahan SBY dan pemerintahan dan secara tidak langsung SBY sudah mengambil tindakan politik. Bukan SBY sebagai personal tetapi pemerintahan melalui Kemenkum HAM. Saya telah melihat proses politik hukum yang diambil menyangkut pertimbangan-pertimbangan proses yang kemudian memiliki variabel politik,” terang analis politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Gun Gun Heryanto, Senin (10/2/2014) malam.
Menurut Gun Gun, sejatinya SBY di fase akhir kekuasaannya bisa mengambil kebijakan dan langkah politik yang lebih bijak karena keputusan pembebasan bersyarat terhadap Corby bisa saja telah menjadi kebijakan ceroboh pemerintahan SBY.
“Seharusnya jauh lebih positif dan menunjukkan apakah SBY sebetulnya mendukung proses pemberantasan korupsi dan narkoba karena narkoba kan massif karena menyebar hampir di seluruh strata sosial. SBY di akhir kekuasaan harusnya mencatatkan legacy yang positif,” sebutnya.
Dia juga melanjutkan, hal buruk apapun yang dilakukan oleh SBY akan berdampak buruk juga terhadap Partai Demokrat. Masyarakat pun kata dia, akan semakin antipati terhadap SBY dan partai berlambang bintang mercy itu.
“Makanya kalau sekarang SBY dan Demokrat diisukan negatif, di pemerintah pusat juga negatif akan berdampak pada citra partai dan masyarakat akan menjadi antipati kepada Demokrat. SBY juga harus memberikan penjelasan secara gamblang kepada publik terkait putusan itu. Kalau sudah jadi isu nasional, enggak ada salahnya SBY mengomentari itu,” tutupnya.
Editor : Dian Sukmawati
Bahkan tokoh kartun yang digemari
anak-anak, Popeye, menjadikan bayam sebagai ikon makanan yang senantiasa membantunya ketika
melawan musuh abadinya, Bruto.
Bahkan tokoh kartun yang digemari anak-anak, Popeye,
menjadikan bayam sebagai ikon makanan yang senantiasa membantunya ketika melawan musuh
abadinya, Bruto. Popeye selalu digambarkan akan memiliki kekuatan yang esktra untuk melawan
musuhnya tersebut setelah mengonsumsi bayam.
Setiap 100 gram bayam terkandung 2,3 gram
protein; 3,2 gram karbohidrat; 3 gram besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya akan berbagai
macam vitamin dan mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin, fosfor, riboflavin,
natrium, kalium dan magnesium.
Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan
esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit. Berikut adalah
beberapa manfaat kesehatan dari bayam, seperti dikutip dari healthonlinezine.
1. Melawan Sel Kanker
Vitamin A dan C serta serat, asam folat dan 13 flavonoid
dalam bayam sangat bermanfaat dalam memerangi sel kanker. Sebuah penelitian menunjukkan,
kandungan tersebut pada bayam menurunkan risiko kanker sebesar 34% terutama pada kanker
payudara, kanker rahim, kanker prostat, kanker kulit dan kanker perut.
2.
Sumber Anti-inflamasi
Bayam mengandung sifat alkalinitas yang tinggi sehingga membuat
sayur ini pilihan yang sempurna bagi penderita penyakit inflamasi, seperti rheumatoid arthritis
dan osteoarthritis.
3. Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
Bayam merupakan sumber folat yang baik, yang dapat mengurangi homosistein, asam amino yang
ditemukan dalam darah. Tingginya tingkat homosistein dalam darah menyebabkan tingginya risiko
penyakit jantung. Bayam juga mengandung choline dan inositol, yang membantu mencegah pengerasan
pembuluh darah.
4. Menurunkan tekanan darah tinggi
Bayam kaya akan
kalium dan rendah sodium. Tingkat mineral yang seimbang ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan
tekanan darah tinggi. Selain itu, folat dalam bayam juga dapat membantu menurunkan tekanan darah
tinggi dan melemaskan pembuluh darah, dengan demikian mempertahankan kelancaran aliran
darah.
5. Mencegah Osteoporosis
Secangkir daun bayam segar memenuhi
200% kebutukan nilai harian akan vitamin K. Vitamin ini amat penting dalam pencegahan keropos
tulang. Selain itu, mineral lainnya seperti magnesium, seng, tembaga dan fosfor dalam bayam juga
membantu penguatan tulang.
6. Mencegah Diabetes
Bayam sangat
berguna bagi orang yang menderita diabetes juga. Magnesium ditemukan dalam bayam membantu untuk
mencegah komplikasi yang terjadi setelah diabetes. Konsumsi rutin bayam membantu menstabilkan
gula darah dan mencegah dari berfluktuasi terlalu banyak.
7. Mencegah
Anemia
Bayam adalah sumber zat besi yang diperlukan dalam mencegah anemia. Zat besi
membantu meregenerasi atau memperbanyak sel darah merah, yang membawa oksigen ke seluruh bagian
tubuh.
8. Meningkatkan kualitas penglihatan
Bayam merupakan sumber
lutein, karotenoid yang dikenal membantu melindungi mata terhadap katarak. Bayam juga kaya akan
vitamin A, yang membuatnya sangat bermanfaat untuk penglihatan.
9. Mengobati
Pendarahan Gusi
Campuran bayam dan jus wortel sangat membantu dalam mengobati gusi
berdarah yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C dan asupan terlalu banyak gula halus.
Dengan memperbanyak konsumsi bayam, segudang manfaat yang telah dijelaskan di atas akan
Anda raih dengan mudah dan murah. Oleh sebab itu, dari sekarang mulailah untuk banyak
mengonsumsi bayam karena selain mudah
Sumber :
http://www.suaramerdeka.com/http://www.ldii.or.id/in/n/ks/1130-fakta-tentang-sayur-
bayam.html
From sea to shining sea, or at least from one side of the Hudson to the other, politicians you have barely heard of are being accused of wrongdoing. There were so many court proceedings involving public officials on Monday that it was hard to keep up.
In Newark, two underlings of Gov. Chris Christie were arraigned on charges that they were in on the truly deranged plot to block traffic leading onto the George Washington Bridge.
Ten miles away, in Lower Manhattan, Dean G. Skelos, the leader of the New York State Senate, and his son, Adam B. Skelos, were arrested by the Federal Bureau of Investigation on accusations of far more conventional political larceny, involving a job with a sewer company for the son and commissions on title insurance and bond work.
The younger man managed to receive a 150 percent pay increase from the sewer company even though, as he said on tape, he “literally knew nothing about water or, you know, any of that stuff,” according to a criminal complaint the United States attorney’s office filed.
The success of Adam Skelos, 32, was attributed by prosecutors to his father’s influence as the leader of the Senate and as a potentate among state Republicans. The indictment can also be read as one of those unfailingly sad tales of a father who cannot stop indulging a grown son. The senator himself is not alleged to have profited from the schemes, except by being relieved of the burden of underwriting Adam.
The bridge traffic caper is its own species of crazy; what distinguishes the charges against the two Skeloses is the apparent absence of a survival instinct. It is one thing not to know anything about water or that stuff. More remarkable, if true, is the fact that the sewer machinations continued even after the former New York Assembly speaker, Sheldon Silver, was charged in January with taking bribes disguised as fees.
It was by then common gossip in political and news media circles that Senator Skelos, a Republican, the counterpart in the Senate to Mr. Silver, a Democrat, in the Assembly, could be next in line for the criminal dock. “Stay tuned,” the United States attorney, Preet Bharara said, leaving not much to the imagination.
Even though the cat had been unmistakably belled, Skelos father and son continued to talk about how to advance the interests of the sewer company, though the son did begin to use a burner cellphone, the kind people pay for in cash, with no traceable contracts.
That was indeed prudent, as prosecutors had been wiretapping the cellphones of both men. But it would seem that the burner was of limited value, because by then the prosecutors had managed to secure the help of a business executive who agreed to record calls with the Skeloses. It would further seem that the business executive was more attentive to the perils of pending investigations than the politician.
Through the end of the New York State budget negotiations in March, the hopes of the younger Skelos rested on his father’s ability to devise legislation that would benefit the sewer company. That did not pan out. But Senator Skelos did boast that he had haggled with Gov. Andrew M. Cuomo, a Democrat, in a successful effort to raise a $150 million allocation for Long Island to $550 million, for what the budget called “transformative economic development projects.” It included money for the kind of work done by the sewer company.
The lawyer for Adam Skelos said he was not guilty and would win in court. Senator Skelos issued a ringing declaration that he was unequivocally innocent.
THIS was also the approach taken in New Jersey by Bill Baroni, a man of great presence and eloquence who stopped outside the federal courthouse to note that he had taken risks as a Republican by bucking his party to support paid family leave, medical marijuana and marriage equality. “I would never risk my career, my job, my reputation for something like this,” Mr. Baroni said. “I am an innocent man.”
The lawyer for his co-defendant, Bridget Anne Kelly, the former deputy chief of staff to Mr. Christie, a Republican, said that she would strongly rebut the charges.
Perhaps they had nothing to do with the lane closings. But neither Mr. Baroni nor Ms. Kelly addressed the question of why they did not return repeated calls from the mayor of Fort Lee, N.J., begging them to stop the traffic tie-ups, over three days.
That silence was a low moment. But perhaps New York hit bottom faster. Senator Skelos, the prosecutors charged, arranged to meet Long Island politicians at the wake of Wenjian Liu, a New York City police officer shot dead in December, to press for payments to the company employing his son.
Sometimes it seems as though for some people, the only thing to be ashamed of is shame itself.