saco-indonesia.com, Acer telah menepati janjinya. Di
ajang Computex 2013 Taiwan, Senin (3/6/2013), Acer telah memperkenalkan produk "hybrid"
(gabungan) tablet dan smartphone (phablet) pertamanya, Liquid S1.
Saco- Indonesia.com - Acer telah menepati janjinya. Di ajang Computex 2013 Taiwan, Senin (3/6/2013), Acer telah memperkenalkan produk "hybrid" (gabungan) tablet dan smartphone (phablet) pertamanya, Liquid S1.
Berbeda dari perangkat phablet lain yang biasanya memiliki harga yang cukup tinggi, Liquid S1 dibanderol relatif murah. Perangkat ini akan dilepas ke pasaran dengan harga sekitar 430 dollar AS atau sekitar Rp 4,2 juta.
Sekadar informasi, phablet milik Samsung, Galaxy Note II, berharga Rp 7,5 juta. Merek lainnya rata-rata memiliki harga hingga 499 dollar AS.
Dikutip dari Engadget, Senin (3/6/2013), Acer Liquid S1 memiliki layar TFT berukuran 5,7 inci yang mendukung resolusi 720p. Ini merupakan perangkat smartphone pertama Acer yang dilengkapi dengan layar berukuran lebih dari 5 inci.
Dari segi pacu daya, ia dilengkapi prosesor bikinan Mediatek dengan kecepatan 1,5GHz quad-core. RAM-nya sebesar 1GB. Kombinasi di antara keduanya sudah dianggap mampu untuk operasional sistem operasi Android 4.2 Jelly Bean yang melengkapinya.
Phablet ini memiliki media penyimpanan internal sebesar 8GB yang dapat ditingkatkan hingga 32GB dengan menggunakan kartu microSD. Kapasitas baterainya sebesar 2.400mAh.
Untuk sementara, Acer Liquid S1 baru akan mendukung jaringan 3G. Dari segi konektivitas lainnya, S1 mendukung Bluetooth dan juga WiFi.
Editor:Liwon Maulana
Sumber:Kompas.com
Arsitektur suci Islam yang paling awal adalah Baitullah (Ka’bah), dengan titik poros langit yang menembus bumi.
Monumen
Arsitektur suci Islam yang paling awal adalah Baitullah (Ka’bah), dengan titik poros langit yang menembus bumi.
Monumen primordial yang dibangun oleh Nabi Adam As dan kemudian dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim As, ini merupakan refleksi duniawi dari monumen surgawi yang juga terpantul dalam hati manusia.
Keselarasan dimensi Ka’bah, keseimbangan dan simetrisnya, sekaligus merupakan pusat dari kosmos Islam, yang dapat ditemukan dalam arsitektur suci di seluruh dunia Islam.
Geometri, bentuk dan ukuran Ka’bah semuanya memainkan peranan penting dalam kemunculan arsitektur Islam. Menurut beberapa riwayat, pada waktu Nabi Ibrahim As membina Ka’bah, bahan untuk pembikinan Ka’bah itu diambil dari enam buah gunung (bukit).
Pertama bukit Qubaisy, bukit Thursina di Syam, bukit Qudus di Syam pula, bukit Warqon yang terletak antara Mekah dan Madinah, bukit Radhwi, sebuah bukit yang terletak antara Madinah dan Yanbu dekat Wadi Yanbu, dan yang terakhir adalah bukit Uhud yang terletak di Madinah.
Dalam pengangkutan batu-batu dari bukit-bukit tersebut Allah SWT telah memerintahkan kepada para Malaikat Jabbal dan para Malaikat Hafadzhah untuk membantu Nabi Ibrahim.
Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim As memiliki dua sudut yang diberi nama Rukun, yaitu ; Rukun yamani dan Rukun Hajar Aswad (batu hitam).
Arah Ka’bah bertolak belakang dengan kedua rukun tersebut, yang berbentuk bulat (bundar) seperti bentuk Hijr Ismail, yang panjangnya 6 hasta. Pada masa kaum Quraisy, Hijr Ismail bergeser letaknya di luar Ka’bah karena dikurangi 6 hasta.
Oleh karena itu, perbaikan yang dilakukan kaum Quraisy itu tidak sesuai dengan ukuran yang ditentukan oleh Nabi Ibrahim As. Selain itu, Ka’bah pada masa pembinaan Nabi Ibrahim As tidak memiliki atap (tidak beratap) seperti yang terdapat pada Ka’bah sekarang ini. Justru di masa itu, Ka’bah memiliki dua pintu yang menghadap ke Timur dan Barat.
Pintu arah Timur melambangkan hakikat realitas penerbangan dan pendakian dalam melawan seluruh hal yang merendahkan derajat serta menurunkan dunia ini. Hal itu mengantarkan manusia pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba terbatas.
Juga, bermakna sebagai simbol cahaya yang memancar secara serempak di antara langit dan bumi yang mengungkapkan hubungan-hubungan kosmik tertentu.
Sementara, pintu arah Barat melambangkan hukum Ilahi, yang berisi perintah-perintah bagi kaum muslim tentang “bagaimana berbuat bukan bagaimana membuat sesuatu.”
Ini bermakna pula sebagai upaya membantu setiap Muslim menembus ke dalam dan ditembusi oleh kehadiran Ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang.
Ketika seseorang memasuki Ka’bah, maka keheningan ruang Ka’bah akan mengingatkannya kepada yang gaib, seperti halnya seseorang yang harus bertelanjang kaki jika ingin mengenal tanah.
Sumber : http://www.jurnalhaji.com
Baca Artikel Lainnya : MINA DI JADIKAN TEMPAT MABIT