Perjalanan Umroh Plus Desember 2015 di Jakarta Barat
Perjalanan Umroh Plus Desember 2015 di Jakarta Barat Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Perjalanan Umroh Plus Desember 2015 di Jakarta Barat Alhijaz Indowisata didirikan oleh Bapak H. Abdullah Djakfar Muksen pada tahun 2010. Merangkak dari kecil namun pasti, alhijaz berkembang pesat dari mulai penjualan tiket maskapai penerbangan domestik dan luar negeri, tour domestik hingga mengembangkan ke layanan jasa umrah dan haji khusus. Tak hanya itu, pada tahun 2011 Alhijaz kembali membuka divisi baru yaitu provider visa umrah yang bekerja sama dengan muassasah arab saudi. Sebagai komitmen legalitas perusahaan dalam melayani pelanggan dan jamaah secara aman dan profesional, saat ini perusahaan telah mengantongi izin resmi dari pemerintah melalui kementrian pariwisata, lalu izin haji khusus dan umrah dari kementrian agama. Selain itu perusahaan juga tergabung dalam komunitas organisasi travel nasional seperti Asita, komunitas penyelenggara umrah dan haji khusus yaitu HIMPUH dan organisasi internasional yaitu IATA.
Jakarta, Dalam keseharian, orang awam kadang susah mengenali jenis-jenis narkoba
karena wujudnya bisa bermacam-macam. Bahkan ada
Jakarta, Dalam keseharian, orang awam
kadang susah mengenali jenis-jenis narkoba karena wujudnya bisa bermacam-macam. Bahkan ada juga
narkoba yang dikemas dalam bentuk obat pelangsing. Hati-hati, jangan sembarangan minum obat untuk
langsing.
"Memang ada. Amfetamin namanya, fungsinya untuk menekan rasa
lapar," kata dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, pakar diet dari RS Pertamina saat dikonfirmasi
detikHealth, Rabu (6/3/2013).
Amfetamin yang dimaksud dr Titi merupakan psikotropika
golongan II, yang penggunaanya dibatasi hanya untuk terapi. Obat ini digolongkan sebagai obat
keras yang tidak boleh dikonsumsi sembarangan, hanya hanya dibeli di apotek dengan resep
dokter.
Dalam obat pelangsing, amfetamin memiliki efek stimulansia yang membuat
pemakainya tidak pernah kehabisan energi. Hampir sama dengan ekstasi karena masih satu keluarga,
yakni membuat orang jadi ingin selalu bergerak tanpa pernah mengenal lelah.
Di sisi
lain, obat ini juga menekan nafsu makan. Efek ini sering dimanfaatkan untuk melangsingkan tubuh
karena pemakainya jadi tidak doyan makan, namun selalu merasa kelebihan energi untuk terus
bergerak. Nah, di sinilah bahaya amfetamin sebagai obat pelangsing.
"Bahayanya ya
adiksi, jadi nggak doyan makan. Kalorinya turun, lama-lama kurang gizi," kata dr Titi.
Soal narkoba dalam obat pelangsing juga disampaikan mantan anggota Dewan Pengawas
Narkotika Internasional, Sri Suryowati. Menurut dia, narkoba bukan saja zat yang membuat teler.
Tetapi narkoba juga termasuk obat yang membuat fungsi tubuh jadi berlipat tanpa capek.
"Obat pelangsing secara drastis, itu semua juga termasuk narkoba. Jenis zat psikoaktif
baru," kata Sri dalam 'Laporan Tahunan Dewan Pengawas Narkotika Internasional
(International Narcotic Control Board/INCB)' dengan tema 'Legal Haze' di Menara Thamrin, Jalan
MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (5/3) kemarin.
Lebih jauh tentang kandungan narkoba
dalam obat pelangsing akan diulas oleh para pakar kesehatan dalam ulasan khusus detikHealth hari
ini. Ikuti terus artikel berikutnya.
saco-indonesia.com, Longsor telah kembali terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kali ini, tanah pemakaman China milik Yayasan Panc
saco-indonesia.com, Longsor telah kembali terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kali ini, tanah pemakaman China milik Yayasan Pancaran Tri Dharma di RT 1 RW 1 Kampung Teluk Buyung, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara longsor ke Kali Bekasi. Akibatnya, sekitar 10 kuburan ikut terbawa arus kali tersebut.
Taruna Siaga Bencana, Kota Bekasi mengaku masih harus melakukan pendataan terkait longsornya makam yang berada di bibir kali tersebut. "Masih didata sama anggota, belum dapat diketahui pasti jumlah makam yang ikut ambrol ke Kali," kata Ketua Tagana Kota Bekasi, Engkus Kustara di Bekasi, Kamis (6/1).
Engkus juga mengatakan, longsor itu baru diketahui kemarin sore. Sedangkan, peristiwa longsornya sendiri telah terjadi pada kemarin dini hari dan siang hari saat terjadi hujan lebat. "Makamnya berada di bibir kali, sedangkan tidak ada tanggul kali," katanya.
Kabid Tata Air pada Dinas Bina Marga dan Tata Air, Kota Bekasi, Nurul Furqon, juga mengatakan, longsor di bibir Kali Bekasi wajar setelah debit kali menurun. Pasalnya, sejak hujan lebat beberapa pekan terakhir ini, debit meningkat bahkan sampai meluap ke pemukiman warga.
"Kalau air sudah surut, longsor itu wajar, karena kontur tanah telah menjadi labil," katanya.
Furqon juga menambahkan, pihaknya tengah mendata sejumlah longsor yang berada di Kali Bekasi, untuk dilaporkan ke Kementerian Pekerjaan Umum, agar segera ditanggulangi. "Penanggulangan wewenang BBWS, kami hanya membantu," tandasnya.
Editor : Dian Sukmawati
Marcel Pronovost, 84, Dies; Hall of Famer Shared in Five N.H.L. Titles
Pronovost, who played for the Red Wings, was not a prolific scorer, but he was a consummate team player with bruising checks and fearless bursts up the ice that could puncture a defense.
Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.