Agen Tiket Pesawat di Bekasi Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Agen Tiket Pesawat di Depok Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Agen Tiket Pesawat di Tangerang Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Jual Tiket Pesawat di Kutai Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Jual Tiket Pesawat di Malang Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Jual Tiket Pesawat di Yogyakarta Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Jual Tiket Pesawat di Bandung Hubungi 021-9929-2337 atau 0821-2406-5740 Alhijaz Indowisata adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang tour dan travel. Nama Alhijaz terinspirasi dari istilah dua kota suci bagi umat islam pada zaman nabi Muhammad saw. yaitu Makkah dan Madinah. Dua kota yang penuh berkah sehingga diharapkan menular dalam kinerja perusahaan. Sedangkan Indowisata merupakan akronim dari kata indo yang berarti negara Indonesia dan wisata yang menjadi fokus usaha bisnis kami.
Terbanyak NTT, Terkecil DKI , Siswa SMP Tak Lulus UN sekitar 16.616
Sekitar 16.616 dari 3.667.241 siswa SMP peserta Ujian Nasional (UN) tidak lulus. Provinsi yang
ketidaklulusannya paling banyak adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terkecil di DKI.
Sekitar 16.616 dari 3.667.241 siswa SMP peserta Ujian Nasional (UN) tidak lulus. Provinsi
yang ketidaklulusannya paling banyak adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terkecil di DKI.
"Ini kalau dilihat dari ketidaklulusannya, NTT ada 1.992 siswa yang tidak
lulus, Aceh 1.440 siswa dan paling kecil itu DKI, cuma 1 siswa," kata Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan M Nuh dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta,
Jumat (31/5/2013).
Bila dilihat dari distribusinya, ada sekolah yang tidak
lulus 100% sebanyak 10 sekolah. Sedangkan yang lulus 100% ada 44.915 sekolah.
"Nah saya mengimbau agar adik-adik yang belum lulus supaya tidak stres, karena masih ada
kejar paket B. Juga jangan hura-hura berlebihan bagi yang lulus," pesan mantan Rektor
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.
Dalam merayakan kelulusan, Nuh
menilai siswa SMA lebih baik dari tahun lalu. "Ada yang mengekspresikan kelulusan dengan
membagi-bagikan makanan ke orang kecil. Saya harap SMP juga begitu," tuturnya.
Nuh berjanji bagi siswa berprestasi dalam UN akan dimintakan piagam yang diteken Presiden,
Kemendikbud, hingga beasiswa.
"Sudah saya kirim surat ke presiden. Tapi
kalau tidak bisa ya minimal piagam dari kementerianlah.
Yang kedua kans untuk ke
sekolah yang lebih bagus lebih besar. Yang ketiga nanti saya usulkan supaya nanti dapat
beasiswa. Jadi ada tiga bentuk penghargaan bagi merekalah," tutur Nuh.
TIPS MEMASANG ANTENA TV YANG BENAR
Tips pilih dan pasang Antena TV yang baik - Gambar jernih bersih tidak berbintik suara jelas dan tidak ada gemuruh, Gambar TV ka
Tips pilih dan pasang Antena TV yang baik - Gambar jernih bersih tidak berbintik suara jelas dan tidak ada gemuruh, Gambar TV kabur / buram tidak jelas, suara stereo kadang muncul kadang menghilang, tidak semua chanel bisa ditangkap dikarenakan sinyal yang telah diterima lemah.
Mempunyai pesawat televisi dirumah bisa dikatakan kebutuhan sebagai media elektronik untuk bisa mendapatkan informasi seperti berita, hiburan seperti mendengarkan lagu-lagu dan juga menyaksikan film-film seru, komedi dan lain sebagainya sedikit mengurangi stress, nah bagaimana jika ada acara tv favorit kita tiba-tiba tidak bisa ditonton dengan sempurna dilayar tv banyak bintik-bintiknya alias semutnya, suaranya seperti ada hujan atau gemuruhnya, dibilang tvnya rusak tidak juga tetapi rusaknya ada di antena yang tidak tepat, apapun penyebabnya anda pasti akan jengkel dan kesal disaat anda ingin menyaksikan acara kesayangan favorit anda siarannya bermasalah.
postingan kali ini sedikit berbagi seputar tips memasang memilih antena tv yang benar, untuk bisa mendapatkan kualitas gambar serta suara yang bagus jernih dan bersih, sebelum ke tips memasang dan memilih antena tv yang bagus buat anda sedikit celotehku pandangan dari saya seputar antena.
Antena
Sebelum membeli antena sebaiknya ketahui terlebih dahulu antena yang hendak digunakan, Secara umum antena yang sering digunakan pada televisi antena,antena indor dan outdor, perbedaan dari kedua antena terletak dari penempatan dan bentuknya, untuk antena indor biasanya ditempatkan didalam ruangan tidak jauh dari pesawat televisi itu sendiri, seperti contoh antena bawaan televisi yang bisa ditarik-tarik atau yang berbentuk lingkaran, sebagai tambahan informasi saja seputar polaradiasi untuk antena.
Antena outdor karena penempatannya diluar rumah dan bentuk antena outdor umumnya besar membutuhkan tiang penyanggah yang tinggi guna untuk mendapatkan sinyal yang sangat lebih kuat.
Sebenarnya untuk antena tv bisa dibuat sendiri dengan menggunakan bahan bekas, dimana antena tv indor dibuat dengan menggunakan bahan bekas plat (nopol motor).
Peyebab kualitas gambar dan suara tidak bersih pada pesawat televisi.
kualitas gambar dan suara yang tidak sempurna disebabkan karena penerimaan sinyal pancaran dari relay stasiun tv lemah,
terlepas dari faktor penyebab secara teknis (kerusakan dari pesawat tvnya), peyebab umum dari antena, karena antena telah memiliki perenan sangat penting untuk bisa menangkap frekuensi yang diterima.
Untuk Pesawat televisi LED juga LCD biasanya bintik dan suara gemuruh akan lebih terlihat dan terdengar jelas, jika dibandingkan dengan pesawat televisi dengan menggunakan tabung crt, mungkin disebabkan besar resolusinya yang berbeda, agar gambar yang dihasilkan jernih setara kualitas dvd, bahkan ada yang menggunakan jaringan tv kabel atau menggunakan antena parabola untuk gambar yang jernih.
Ketahui posisi letak sebelum mememilih antena.
Antena yang dapat dipergunakan umumnya antena indor, antena outdor (yagi) antena parabola, untuk penggunaan antena indor seperti antena bawaan tv bisanya bisa dipergunakan didaerah yang dekat dengan pemancar tv atau relay tvnya, dikota-kota, sedangkan antena outdor seperti antena arahan yagi untuk posisi jauh dari pemancar pesawat televisi dan mengarahkan buntut / ujung antena ke stasiun relay tv. untuk indor dan outdor tergantung jarak juga posisi letak antena, sedangkan antena parabola tidak harus mengarahkan antena secara horizontal, melainkan mengarahkan antena ke satelit langsung tanpa melalui relay pemancar stasiun tv lagi.
Memilih antena outdor yang bagus.
Kita sudah menggunakan antena luar dipasang tinggi hingga 10 meter lebih tapi ada beberapa siaran tv yang tidak jernih atau hanya satu dua siaran saja yang bersih, hal tersebut disebabkan jaraknya mungkin jauh juga bisa posisi arah antena tidak tepat disiaran tv yang tidak jernih tersebut. untuk dapat mensiasatinya sebaiknya gunakan antena yang mengunakan rotor hingga posisi antena bisa diarahkan.
antena tv rotator bergerak berputar
Gambar antena yagi yang dapat digerakkan / berputar
Gunakan penguat sinyal Boster TV
Seperti gambar antena yagi diatas yang dapat digerakkan untuk dapat menyesuaikan posisi arah antena agar tepat kestasiun relay tv, beberapa tahun sebelumnya gambar tv akan jernih jika antena dilengkapi dengan boster guna untuk menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena sebelum dikirim kepasawat televisi.
Kabel Coaxial Antena
Terkadang kita anggap remeh dengan media hantar kabel yang digunakan untuk antena, umumnya kabel antena menggunakan impedansi 75 ohm untuk pesawat televisi sedangkan untuk pesawat radio biasanya menggunakan impedansi 50 ohm kabel coaxial. gunakanlah kabel coaxial yang baik, kabel coaxial yang baik akan mengurangi lose sinyal, dan lebih tahan dengan cuaca hujan dan panas saat dipasang diluar ruangan,
MELAKSANAKAN HAJI UMRAH, KEWAJIBAN YANG BERIHRAM DAN ZIARAH KE MASJID RASUL
Oleh
Kumpulan Ulama
Saudara yang budiman.
Dalam melakukan ibadah haji terdapat tiga cara, yaitu : TAMATTU', QIRAN dan I
Oleh
Kumpulan Ulama
Saudara yang budiman.
Dalam melakukan ibadah haji terdapat tiga cara, yaitu : TAMATTU', QIRAN dan IFRAD.
Haji Tammatu' ialah berihram untuk umrah pada bulan-bulan haji (Syawal, Dzul Qa'dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah), dan diselesaikan umrahnya pada waktu-waktu itu. Kemudian berihram untuk haji dari Mekkah atau sekitarnya pada hari Tarwiyah (tgl 8 Dzul Hijjah) pada tahun umrahnya tersebut.
Haji Qiran ialah, berihram untuk umrah dan haji sekaligus, dan terus berihram (tidak Tahallul) kecuali pada hari nahr (tgl 10 Dzul Hijjah). Atau berihram untuk umrah terlebih dahulu, kemudian sebelum melakukan tawaf umrah memasukkan niat haji.
Haji Ifrad ialah, berihram untuk haji dari miqat, atau dari Mekkah bagi penduduk Mekkah, atau dari tempat lain di daerah miqat bagi yang tinggal disitu, kemudian tetap dalam keadaan ihramnya sampai hari nahr apabila ia membawa binatang kurban. Jika tidak membawanya maka dianjurkannya untuk membatalkan niat hajinya dan menggantinya dengan umrah, selanjutnya melakukan tawaf, sa'i, mencukur rambut dan bertahallul, sebagaiman perintah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang berihram haji tetapi tidak membawa binatang kurban. Begitu pula bagi yang melakukan haji Qiran, apabila ia tidak membawa binatang kurban, dianjurkannya untuk membatalkan niat Qiran-nya itu, dan menggantinya menjadi Umrah, sebagaimana yang tersebut diatas.
Ibadah haji yang lebih utama ialah Haji Tamattu' bagi yang tidak membawa binatang kurban, oleh karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan hal itu dan menekankannya kepada para sahabatnya.
CARA MELAKUKAN UMRAH
Pertama.
Apabila anda telah sampai di miqat, maka mandilah dan pakailah wangi-wangian jika hal itu memungkinkan, kemudian kenakanlah pakaian ihram (sarung dan selendang). Dan lebih utama apabila berwarna putih.
Bagi wanita boleh mengenakan pakaian yang ia sukai, asal tidak menampakkan perhiasan. Kemudian berniat ihram untuk umrah seraya mengucapkan :
"Labbaika 'umratan, Labbaika allahuma labbaika, labbaika laa syariikalaka labbaika, innal hamda wan ni'mata laka wal mulka laa syariika laka".
"Artinya : Ku sambut panggilan-Mu untuk melaksanakan Umrah. Ku sambut panggilan-Mu ya Ilahi, Ku sambut panggilan-Mu, Ku sambut pangggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Ku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, ni'mat dan kerajaan adalah milk-Mu, tiada sekutu bagi-Mu"
Bagi kaum pria hendaknya mengucapkan talbiyah ini dengan suara keras, sedangkan bagi wanita hendaknya mengucapkan dengan suara pelan.
Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah. dzikir dan istighfar serta menganjurkan berbuat baik dan mencegah kemungkaran.
Kedua.
Apabila anda telah sampai Mekkah. Maka lakukanlah Tawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran, anda mulai dari Hajar Aswad sambil bertakbir dan anda sudahi di Hajar Aswad itu pula. Dan bacalah dzikir serta do'a yang anda kehendaki, dan sebaiknya anda sudahi setiap putaran dengan bacaan.
"Rabbanaa aatinaa fiid dunyaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa 'adzaa baannari"
"Artinya : Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksaan api neraka".
Kemudian setelah Tawaf, lakukan shalat dua raka'at di belakang makam Ibrahim walaupun agak jauh dari tempat tersebut jika hal itu mungkin. Dan jika tidak, maka lakukanlah di tempat lain di dalam Masjid.
Ketiga.
Kemudian keluarlah menuju Safa dan naiklah ke atasnya sambil menghadap Ka'bah, bacalah tahmid serta takbir tiga kali sambil mengangkat kedua tangan, dan bacalah do'a serta ulangilah setiap do'a tiga kali sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ucapkanlah :
"La ilaha illallah wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syain qadiir, la ilaha illallah wahdahu anjaza wa'dah, wa nashara 'abdah wahazamal ahzaaba wahdah"
"Artinya : Tiada Tuhan yang patut di sembah selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, hanya bagi-Nya segala kerajaan, dan hanya bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah yang Esa, yang menepati janji-Nya, dan memenangkan hamba-Nya serta telah menghancurkan golongan kafir, dengan tanpa dibantu siapapun".
Ucapkanlah bacaan tersebut tiga kali, dan tak mengapa apabila anda baca kurang dari bilangan itu.
Kemudian turunlah dan lakukanlah Sa'i Umrah sebanyak tujuh kali putaran dengan berjalan cepat diantara tanda hijau, dan berjalan biasa sebelum dan sesudah tanda tersebut, kemudian naiklah anda ke atas Marwah, dan bacalah tahmid dan takbir tiga kali apabila mungkin, sebagaimana yang anda lakukan di Safa.
Dalam Tawaf atau Sa'i, tidak ada bacaan dzikir wajib yang khsusus untuk itu. Akan tetapi dibolehkan bagi yang melakukan Tawaf atau Sa'i untuk membaca dzikir dan do'a atau bacaan Al-Qur'an yang mudah baginya, dengan mengutamakan bacaan-bacaan dzikir dan do'a yang bersumber dari tuntunan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keempat.
Bila anda telah selesai melakukan Sa'i, maka cukurlah dengan bersih atau pendekkan rambut kepala anda. Dengan demikian selesailah Umrah anda dan selanjutnya anda diperbolehkan melakukan hal hal yang tadinya menjadi larangan.
Apabila anda melakukan haji Tamattu', maka wajib bagi anda menyembelih kurban pada hari Nahr, yaitu seekor kambing atau sepertujuh onta/sapi, jika anda tidak mendapatkannya, maka anda wajib melakukan puasa sepuluh hari ; tiga hari diwaktu haji, dan tujuh hari setelah anda pulang ke keluarga anda.
Dan lebih utama, anda lakukan puasa tiga hari itu sebelum hari Arafah, jika anda melakukan haji Tamattu' atau Qiran.
Cara Melakukan Haji
Pertama
Jika anda melakukan haji Ifrad atau Qiran, hendaklah anda berihram dari miqat yang anda lalui.
Dan jika anda tinggal di daerah miqat, maka berihramlah menurut niat anda dari tempat tersebut.
Dan jika anda melakukan haji Tammattu', maka berihramlah dari tempat tinggal anda hari Tarwiyah, yaitu pada tanggal 8 Dzul Hijjah. Mandilah dan pakailah wangi-wangian lebih dahulu sekiranya hal itu memungkinkan, kemudian kenakanlah pakaian ihram, lalu berniatlah dengan membaca :
"Labbaika hajan, Labbaika allahumma labbaika, Labbaika laa syarikalaka labbaika, innalhamda wani'mata laka walmulka, laa syarikalaka".
"Artinya : Ku sambut panggilan-Mu untuk menunaikan haji, Ku sambut panggilan-Mu ya Illahi, Ku sambut panggilan-Mu. Ku sambut panggilan-Mu, Kau yang tiada sekutu bagi-Mu, Ku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, ni'mat dan kerajaan milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu".
Kedua
Kemudian keluarlah menuju Mina, lakukanlah shalat Zhuhur, Asar, Maghrib, Isya' dan Subuh disana, dengan cara mengqashar shalat yang empat raka'at (Zhuhur, Asar dan Isya') menjadi dua raka'at pada waktunya masing-masing, tanpa jama'.
Ketiga
Apabila matahari telah terbit pada hari kesembilan Dzul Hijjah (esoknya), maka berangkatlah anda menuju Arafah dengan tanpa tergesa-gesa, dan hindarilah jangan sampai mengganggu sesama jama'ah haji. Dan di Arafah lakukan shalat Zhuhur dan Asar dengan jama' Taqdim dan Qashar, dengan satu kali adzan dan dua kali iqamat.
Tentang wukuf ini, anda harus yakin bahwa anda benar-benar telah berada di dalam batas Arafah (bukan di luarnya). Dan perbanyaklah disini dzikir dan do'a, sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan, mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padang Arafah seluruhnya merupakan tempat wukuf, dan hendaklah anda tetap berada disana hingga terbenam matahari.
Keempat.
Apabila matahari telah terbenam, berangkatlah menuju Muzdalifah dengan tenang sambil membaca talbiyah, dan hindarilah jangan sampai mengganggu sesama muslim. Sesampainya anda di Muzdalifah, lakukanlah shalat Maghrib dan Isya' dengan jama' dan qasar. Dan hendaklah anda menetap disana hingga anda melakukan shalat Subuh. Setelah selesai shalat Subuh perbanyaklah do'a dan dzikir hingga hari tampak mulai terang, sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kelima.
Kemudian berangkatlah sebelum matahari terbit menuju Mina sambil membaca talbiyah. Bagi yang berudzur, seperti wanita dan orang-orang yang lemah, boleh berangkat menuju Mina pada malam itu juga setelah lewat pertengahan malam. Dan pungutlah di Mudzalifah batu-batu kecil sebanyak tujuh biji saja untuk melempar Jamrah Aqabah, adapun yang lain cukup anda pungut dari Mina. Demikian juga tujuh batu yang akan anda pergunakan untuk melempar Jamrah Aqabah pada hari raya, tak mengapa bagi anda untuk memungutnya dari Mina.
Keenam.
Apabila anda telah tiba di Mina, lakukanlah hal-hal dibawah ini :
Lemparlah Jamrah Aqabah, yaitu Jamrah yang terdekat dari Mekkah, dengan tujuh batu kecil secara berturut-turut sambil bertakbir pada setiap kali lemparan.
Sembelihlah kurban jika anda berkewajiban melakukannya, dan makanlah sebagian dagingnya, serta berikan sebagian besarnya kepada orang-orang fakir.
Bercukurlah dengan bersih atau pendekkan rambut anda, akan tetapi lebih utama bagi anda adalah mencukur bersih. Sedang bagi wanita cukup menggunting ujung rambutnya kira-kira sepanjang ujung jari.
Lebih utama jika ketiga perkara ini dilakukan secara tertib. Namun tak mengapa bagi anda jika anda dahulukan yang satu atas yang lain.
Apabila anda telah selesai melempar dan mencukur, berarti anda telah melaksanakan Tahallul Awal. Dan selanjutnya anda boleh mengenakan pakaian biasa dan melakukan hal-hal yang tadinya menjadi larangan ihram, kecuali berhubungan dengan istri.
Ketujuh
Kemudian berangkatlah menuju Mekkah dan lakukanlah Tawaf Ifadah setelah itu lakukanlah Sa'i jika anda melakukan haji Tamattu', ataupun anda melakukan haji Qiran atau Ifrad, akan tetapi anda belum melakukan Sa'i setelah Tawaf Qudum. Dengan demikian anda diperbolehkan mengadakan hubungan dengan isteri.
Tawaf Ifadah ini boleh diakhirkan melakukannya setelah lewat hari-hari Mina, dan menuju Mekkah setelah melempar seluruh Jamrah.
Kedelapan
Setelah Tawaf Ifadah pada hari Nahr, kembalilah ke Mina. Bermalamlah di sana pada malam hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13, dan tidak mengapa jika anda bermalam hanya dua malam saja.
Kesembilan
Lemparlah ketiga Jamrah selama anda menetap dua atau tiga hari di Mina, setelah matahari tergelincir ; anda mulai dari Jamrah Ula, yaitu yang terjauh jaraknya dari Mekkah, kemudian Jamrah Wusta (tengah), dan selanjutnya Jamrah Aqabah, setiap Jamrah dengan tujuh batu kecil secara berturut-turut sambil bertakbir pada setiap kali lemparan.
Jika anda menghendaki untuk menetap selama dua hari saja, hendaklah anda meninggalkan Mina sebelum matahari terbenam di hari kedua itu. Dan jika ternyata matahari telah terbenam sebelum anda keluar dari batas Mina, maka hendaklah anda bermalam lagi pada malam hari ketiganya, dan melempar ketiga Jamrah di hari ketiga itu. Dan yang lebih utama hendaknya anda bermalam pada malam ketiga tersebut.
Bagi yang sakit atau yang lemah, boleh mewakilkan kepada orang lain untuk melempar Jamrah. Dan bagi yang mewakili boleh melempar untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, kemudian untuk yang diwakilinya pada satu tempat Jamrah.
Kesepuluh
Apabila anda hendak kembali ke kampung setelah menyelesaikan segala amalan haji, lakukanlah Tawaf Wada'. Dan tiada kemurahan untuk meninggalkan Tawaf Wada' ini, kecuali bagi wanita yang sedang datang bulan (haidh) dan yang baru melahirkan (nifas).
[Disalin dari buku Petunjuk Jamaah Haji dan Umrah serta Penziarah Masjid Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, pengarang Kumpulan Ulama, hal 14-19, diterbitkan dan diedarkan oleh Departemen Agama, Waqaf, Daawah dan Bimbingan Islam, Saudi Arabia]
Walaupun saat ini sudah sangat jarang sekali orang menggunakan compact disc atau CD, karena HDD eksternal, flashdisk dan juga layanan cloud lebih menawarkan kapasitas lebih dan kemudahan dibanding CD.
Saco-Indonesia.com - Walaupun saat ini sudah sangat jarang sekali orang menggunakan compact disc atau CD, karena HDD eksternal, flashdisk dan juga layanan cloud lebih menawarkan kapasitas lebih dan kemudahan dibanding CD.
Akan tetapi, sebelum perangkat portable tersebut ada, banyak orang yang mengandalkan CD sebagai satu-satunya perangkat penyimpanan data. Pastinya, tidak sedikit orang pernah menyimpan data penting di dalam CD.
Namun, salah satu kelemahan CD adalah apabila sudah terjadi goresan di cakramnya, maka ketika akan dibaca kembali, terkadang data-data di dalam CD tidak dapat terbaca dengan sempurna.
Lantas bagaimana cara untuk dapat mendapatkan data lama di dalam sebuah CD yang sudah memiliki goresan dan tidak terbaca lagi?
Menurut tips yang ada di How Stuff Works, memang ada beberapa cara untuk melakukannya. Akan tetapi kali ini tips yang akan diberikan adalah dengan menggunakan pasta gigi.
Dipilihnya pasta gigi sebagai sarana untuk memperbaiki CD yang telah tergores karena di dalam sebuah pasta gigi terdapat bahan khusus yang mirip dengan bahan untuk pengecatan dan polesan.
Cara kerjanya adalah dengan meratakan pasta gigi di atas goresan yang ada dan gosok gel pasta gigi tersebut sesuai dengan arah putaran pertama.
Setelah itu, biarkan beberapa saat agar mengering. Kemudian, setelah kering, Anda dapat membasuh dan menghilangkan lapisan pasta gigi tersebut dengan air dan keringkan dengan kain yang lembut.
Memang cara ini tidak ada jaminan untuk 100 persen berhasil, namun setidaknya cara ini merupakan salah satu alternatif menarik untuk dapat diterapkan di rumah atau kantor.
Editor : Maulana Lee
Sumber : Merdeka.com
JASA PENGIRIMAN BARANG MURAH DOMESTIK
Jasa kirim barang murah domestik di Indonesia sudah semakin berkembang dengan meningkatnya perekonomian, bisnis, industry di Ind
Jasa kirim barang murah domestik di Indonesia sudah semakin berkembang dengan meningkatnya perekonomian, bisnis, industry di Indonesia yang pada akhirnya setiap perusahaan yang sedang berkembang sudah pasti membutuhkan
mitra untuk kebutuhan jasa kirim barangnya.
Sehingga turut pula efeknya terhadap perusahaan jasa pengiriman yang banyak membuka layanan jasanya dengan berbagai service layanan dan harga yang bersaing untuk di tawarkan kepada perusahaan yang membutuhkan layanan jasa pengiriman, pada akhirnya perusahaan yang membutuhkan
jasa pengiriman barang murah
layanan jasa pengiriman mendapatkan banyak pilihan untuk jasa kirim barang yang murah yang sesuai dengan yang di inginkan perusahan tersebut.
Saat ini Perusahaan jasa pengiriman atau perusahaan jasa angkutan barang atau Expedisi barang yang ada saat ini mulai mampu dan sudah banyak yang bisa menangani berbagai layanan jasa kirim barang dari tempat pengambilan barang sampai dengan tujuan kirim barang yang di inginkan perusahaan pemakai jasa tersebut. Ada beberapa layanan yang di jasa kirim barang murah domestiktawarkan perusahan jasa antara lain pengiriman kargo biasa, pengiriman mobil, pengiriman motor, serta pengiriman barang pindahan yang prosesnya dilakukan mulai dari pengambilan barang lalu proses pengepakan, pengukuran dan perhitungan barang dan sebagainya, dan juga pengiriman dokumen dalam kota ( city courier ) maupun antar propinsi.
Dalam memilih perusahaan jasa kirim barang yang menawarkan dengan layanan harga murah, perusahaan harus juga memilih yang berkualitas dan terpercaya karena apabila hanya mencari jasa pengiriman yang memiliki tarif yang murah saja, tetapi dalapm proses pengiriman telah mengalami kerusakan apalagi mengalami kehilangan barang akan memberikan dampak kerugian terhadap perusahaan pengguna layan jasa tersebut.
Oleh karena itu pililah perusahaan jasa pengiriman yang memiliki tanggung jawab terhadap layanannya dan tepat waktu dalam pengiriman serta memiliki costomer service yang berkualitas dalam melayani pelanggannya dalam informasi status kirim barangnya.
RENTAL MOBIL JAKARTA
UNICAR Rental Mobil Jakarta hadir di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang telah membutuhkan jasa transportasi yang aman dan nya
UNICAR Rental Mobil Jakarta hadir di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang telah membutuhkan jasa transportasi yang aman dan nyaman. CV Unicorn Trinindya juga merupakan perusahaan jasa rental mobil yang berada di Jatinegara Indah, Jakarta Timur. Kami juga telah melayani jasa sewa mobil di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor. Kami siap melayani kebutuhan Anda akan jasa rental mobil yang murah dan berkualitas bagi Anda, baik untuk sewa mobil di dalam kota maupun sewa mobil sampai ke luar kota.
Dengan di dukung armada kendaraan mobil terbaru dan dalam kondisi yang prima maka akan menjamin keamanan dan kenyamanan Anda di saat menggunakan jasa layanan rental mobil dari kami. Dengan menjaga perawatan secara berkala, dan menjaga kebersihan mobil, perjalanan Anda akan semakin menyenangkan bersama kami.
Kami juga memiliki sopir / driver berpengalaman, yang menguasai cara mengemudi yang baik dan benar, yang akan menjamin keselamatan dan kenyamanan Anda saat menggunakan jasa layanan kami. Dengan pengalaman menguasai jalan-jalan di ibukota Jakarta maupun di luar kota, maka Anda bisa menikmati perjalanan Anda bersama kami, tanpa perlu dipusingkan dengan keruwetan jalan ibukota maupun di luar kota. Bagi Anda yang membutuhkan jasa sewa mobil tanpa sopir / lepas kunci, kami juga menyediakan layanan sewa tanpa sopir / lepas kunci asalkan syarat dan ketentuannya terpenuhi.
UNICAR Rental Mobil Jakarta melayani jasa sewa mobil baik bagi pribadi / personal maupun untuk keperluan perusahaan / corporate. Baik untuk keperluan wisata, rekreasi, keperluan keluarga, ataupun untuk perjalanan dinas pekerjaan atau bisnis Anda.
Apapun kebutuhan Anda akan jasa rental mobil Jakarta, segera hubungi kami untuk mendapatkan info dan penawaran harga terbaik. Kepuasan Anda adalah kebanggaan kami.
Keterlalua Masa Merdeka.com - Korupsi benar-benar sudah menjadi penyakit akut di Indonesia. Tak peduli dana untuk orang tertimpa musibah, jika ada celah uang negara akan dijadikan bancakan. Paling ironis adalah uanUrusan mati pun jadi ladang korupsi
Saco-Indonesia.com - Dimana-mana Korupsi benar-benar sudah menjadi penyakit akut di Indonesia, dari kelas bawah sampai kelas atas, dahulu orang bilan bangsa kita adalah mental Tempe tapi itu jauh lebih baik dibanding sekarang yg berubah julukan menjadi Mental Korupsi
Saco-Indonesia.com - Dimana-manaKorupsi benar-benar sudah menjadi penyakit akut di Indonesia, dari kelas bawah sampai kelas atas, dahulu orang bilan bangsa kita adalah mental Tempe tapi itu jauh lebih baik dibanding sekarang yg berubah julukan menjadi Mental Korupsi. Tak peduli dana untuk orang tertimpa musibah, jika ada celah uang negara akan dijadikan bancakan.
Paling ironis adalah uang untuk urusan orang mati saja disikat. Kasus dugaan korupsi dana kematian pada Dinas Sosial Kota Bandarlampung, kini tengah diselidiki.
Kejari Kota Bandarlampung sudah tiga pekan lalu melakukan penyelidikan. Dana tersebut digunakan untuk lima ribu kematian warga di Kota Bandarlampung sepanjang tahun 2012 dengan besaran Rp 500 ribu per kematian.
Bau tak sedap mencuat karena muncul dugaan jika penyaluran dana itu tidak berjalan lurus. Kini, bukti berupa kwitansi para penerima dana sedang dikroscek.
"Yang jadi masalah apakah dana tersebut itu disalurkan secara keseluruhan atau apakah penerima dana kematian itu menerima utuh atau memang ada potongannya," kata Kepala Kejari Kota Bandarlampung Widiyantoro.
Korupsi untuk orang mati juga sempat ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mantan Ketua DPRD Bogor Iyus Djuher terlibat kasus suap pengurusan izin lahan Taman Pemakaman Bukan Umum di Desa Artajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Iyus yang merupakan politisi Demokrat ditangkap KPK lantaran menerima hadiah atau janji. Uang diberikan oleh Direktur PT Gerindo Perkasa Sentot Susilo dan Nana Supriatna. Diduga lahan seluas 100 hektare bakal dibangun taman pemakaman bukan umum. Padahal diketahui lahan tersebut termasuk kawasan konservasi.
Saat proses persidangan berjalan Iyus meninggal dunia karena menderita kanker liver dan stroke otak kiri. Dengan begitu kasus tersebut gugur.
Jika saja untuk urusan orang mati masih menjadi santapan empuk para penjahat kerah putih, gimana untuk urusan orang hidup. Sepertinya sudah seharusnya hukuman mati bagi para koruptor segera diberlakukan.
Sumber : Merdeka.com
Editor : Maulana Lee
Mike Phillips, Half of Kentucky’s ‘Twin Towers’ of Basketball, Dies at 59
The 6-foot-10 Phillips played alongside the 6-11 Rick Robey on the Wildcats team that won the 1978 N.C.A.A. men’s basketball title.
Verne Gagne, Wrestler Who Grappled Through Two Eras, Dies at 89
Gagne wrestled professionally from the late 1940s until the 1980s and was a transitional figure between the early 20th century barnstormers and the steroidal sideshows of today
François Michelin, Head of Tire Company, Dies at 88
Under Mr. Michelin’s leadership, which ended when he left the company in 2002, the Michelin Group became the world’s biggest tire maker, establishing a big presence in the United States and other major markets overseas.
Suzanne Crough, Actress in ‘The Partridge Family,’ Dies at 52
Ms. Crough played the youngest daughter on the hit ’70s sitcom starring David Cassidy and Shirley Jones.
Native American Actors Work to Overcome a Long-Documented Bias
Late in April, after Native American actors walked off in disgust from the set of Adam Sandler’s latest film, a western sendup that its distributor, Netflix, has defended as being equally offensive to all, a glow of pride spread through several Native American communities.
Tantoo Cardinal, a Canadian indigenous actress who played Black Shawl in “Dances With Wolves,” recalled thinking to herself, “It’s come.” Larry Sellers, who starred as Cloud Dancing in the 1990s television show “Dr. Quinn, Medicine Woman,” thought, “It’s about time.” Jesse Wente, who is Ojibwe and directs film programming at the TIFF Bell Lightbox in Toronto, found himself encouraged and surprised. There are so few film roles for indigenous actors, he said, that walking off the set of a major production showed real mettle.
But what didn’t surprise Mr. Wente was the content of the script. According to the actors who walked off the set, the film, titled “The Ridiculous Six,” included a Native American woman who passes out and is revived after white men douse her with alcohol, and another woman squatting to urinate while lighting a peace pipe. “There’s enough history at this point to have set some expectations around these sort of Hollywood depictions,” Mr. Wente said.
The walkout prompted a rhetorical “What do you expect from an Adam Sandler film?,” and a Netflix spokesman said that in the movie, blacks, Mexicans and whites were lampooned as well. But Native American actors and critics said a broader issue was at stake. While mainstream portrayals of native peoples have, Mr. Wente said, become “incrementally better” over the decades, he and others say, they remain far from accurate and reflect a lack of opportunities for Native American performers. What’s more, as Native Americans hunger for representation on screen, critics say the absence of three-dimensional portrayals has very real off-screen consequences.
“Our people are still healing from historical trauma,” said Loren Anthony, one of the actors who walked out. “Our youth are still trying to figure out who they are, where they fit in this society. Kids are killing themselves. They’re not proud of who they are.” They also don’t, he added, see themselves on prime time television or the big screen. Netflix noted while about five people walked off the “The Ridiculous Six” set, 100 or so Native American actors and extras stayed.
Advertisement
But in interviews, nearly a dozen Native American actors and film industry experts said that Mr. Sandler’s humor perpetuated decades-old negative stereotypes. Mr. Anthony said such depictions helped feed the despondency many Native Americans feel, with deadly results: Native Americans have the highest suicide rate out of all the country’s ethnicities.
The on-screen problem is twofold, Mr. Anthony and others said: There’s a paucity of roles for Native Americans — according to the Screen Actors Guild in 2008 they accounted for 0.3 percent of all on-screen parts (those figures have yet to be updated), compared to about 2 percent of the general population — and Native American actors are often perceived in a narrow way.
In his Peabody Award-winning documentary “Reel Injun,” the Cree filmmaker Neil Diamond explored Hollywood depictions of Native Americans over the years, and found they fell into a few stereotypical categories: the Noble Savage, the Drunk Indian, the Mystic, the Indian Princess, the backward tribal people futilely fighting John Wayne and manifest destiny. While the 1990 film “Dances With Wolves” won praise for depicting Native Americans as fully fleshed out human beings, not all indigenous people embraced it. It was still told, critics said, from the colonialists’ point of view. In an interview, John Trudell, a Santee Sioux writer, actor (“Thunderheart”) and the former chairman of the American Indian Movement, described the film as “a story of two white people.”
“God bless ‘Dances with Wolves,’ ” Michael Horse, who played Deputy Hawk in “Twin Peaks,” said sarcastically. “Even ‘Avatar.’ Someone’s got to come save the tribal people.”
Dan Spilo, a partner at Industry Entertainment who represents Adam Beach, one of today’s most prominent Native American actors, said while typecasting dogs many minorities, it is especially intractable when it comes to Native Americans. Casting directors, he said, rarely cast them as police officers, doctors or lawyers. “There’s the belief that the Native American character should be on reservations or riding a horse,” he said.
“We don’t see ourselves,” Mr. Horse said. “We’re still an antiquated culture to them, and to the rest of the world.”
Ms. Cardinal said she was once turned down for the role of the wife of a child-abusing cop because the filmmakers felt that casting her would somehow be “too political.”
Another sore point is the long run of white actors playing American Indians, among them Burt Lancaster, Rock Hudson, Audrey Hepburn and, more recently, Johnny Depp, whose depiction of Tonto in the 2013 film “Lone Ranger,” was viewed as racist by detractors. There are, of course, exceptions. The former A&E series “Longmire,” which, as it happens, will now be on Netflix, was roundly praised for its depiction of life on a Northern Cheyenne reservation, with Lou Diamond Phillips, who is of Cherokee descent, playing a Northern Cheyenne man.
Others also point to the success of Mr. Beach, who played a Mohawk detective in “Law & Order: Special Victims Unit” and landed a starring role in the forthcoming D C Comics picture “Suicide Squad.” Mr. Beach said he had come across insulting scripts backed by people who don’t see anything wrong with them.
“I’d rather starve than do something that is offensive to my ancestral roots,” Mr. Beach said. “But I think there will always be attempts to drawn on the weakness of native people’s struggles. The savage Indian will always be the savage Indian. The white man will always be smarter and more cunning. The cavalry will always win.”
The solution, Mr. Wente, Mr. Trudell and others said, lies in getting more stories written by and starring Native Americans. But Mr. Wente noted that while independent indigenous film has blossomed in the last two decades, mainstream depictions have yet to catch up. “You have to stop expecting for Hollywood to correct it, because there seems to be no ability or desire to correct it,” Mr. Wente said.
There have been calls to boycott Netflix but, writing for Indian Country Today Media Network, which first broke news of the walk off, the filmmaker Brian Young noted that the distributor also offered a number of films by or about Native Americans.
The furor around “The Ridiculous Six” may drive more people to see it. Then one of the questions that Mr. Trudell, echoing others, had about the film will be answered: “Who the hell laughs at this stuff?”
Obama Finds a Bolder Voice on Race Issues
As he reflected on the festering wounds deepened by race and grievance that have been on painful display in America’s cities lately, President Obama on Monday found himself thinking about a young man he had just met named Malachi.
A few minutes before, in a closed-door round-table discussion at Lehman College in the Bronx, Mr. Obama had asked a group of black and Hispanic students from disadvantaged backgrounds what could be done to help them reach their goals. Several talked about counseling and guidance programs.
“Malachi, he just talked about — we should talk about love,” Mr. Obama told a crowd afterward, drifting away from his prepared remarks. “Because Malachi and I shared the fact that our dad wasn’t around and that sometimes we wondered why he wasn’t around and what had happened. But really, that’s what this comes down to is: Do we love these kids?”
Many presidents have governed during times of racial tension, but Mr. Obama is the first to see in the mirror a face that looks like those on the other side of history’s ledger. While his first term was consumed with the economy, war and health care, his second keeps coming back to the societal divide that was not bridged by his election. A president who eschewed focusing on race now seems to have found his voice again as he thinks about how to use his remaining time in office and beyond.
In the aftermath of racially charged unrest in places like Baltimore, Ferguson, Mo., and New York, Mr. Obama came to the Bronx on Monday for the announcement of a new nonprofit organization that is being spun off from his White House initiative called My Brother’s Keeper. Staked by more than $80 million in commitments from corporations and other donors, the new group, My Brother’s Keeper Alliance, will in effect provide the nucleus for Mr. Obama’s post-presidency, which will begin in January 2017.
“This will remain a mission for me and for Michelle not just for the rest of my presidency but for the rest of my life,” Mr. Obama said. “And the reason is simple,” he added. Referring to some of the youths he had just met, he said: “We see ourselves in these young men. I grew up without a dad. I grew up lost sometimes and adrift, not having a sense of a clear path. The only difference between me and a lot of other young men in this neighborhood and all across the country is that I grew up in an environment that was a little more forgiving.”
Advertisement
Organizers said the new alliance already had financial pledges from companies like American Express, Deloitte, Discovery Communications and News Corporation. The money will be used to help companies address obstacles facing young black and Hispanic men, provide grants to programs for disadvantaged youths, and help communities aid their populations.
Joe Echevarria, a former chief executive of Deloitte, the accounting and consulting firm, will lead the alliance, and among those on its leadership team or advisory group are executives at PepsiCo, News Corporation, Sprint, BET and Prudential Group Insurance; former Secretary of State Colin L. Powell; Senator Cory Booker, Democrat of New Jersey; former Attorney General Eric H. Holder Jr.; the music star John Legend; the retired athletes Alonzo Mourning, Jerome Bettis and Shaquille O’Neal; and the mayors of Indianapolis, Sacramento and Philadelphia.
The alliance, while nominally independent of the White House, may face some of the same questions confronting former Secretary of State Hillary Rodham Clinton as she begins another presidential campaign. Some of those donating to the alliance may have interests in government action, and skeptics may wonder whether they are trying to curry favor with the president by contributing.
“The Obama administration will have no role in deciding how donations are screened and what criteria they’ll set at the alliance for donor policies, because it’s an entirely separate entity,” Josh Earnest, the White House press secretary, told reporters on Air Force One en route to New York. But he added, “I’m confident that the members of the board are well aware of the president’s commitment to transparency.”
The alliance was in the works before the disturbances last week after the death of Freddie Gray, the black man who suffered fatal injuries while in police custody in Baltimore, but it reflected the evolution of Mr. Obama’s presidency. For him, in a way, it is coming back to issues that animated him as a young community organizer and politician. It was his own struggle with race and identity, captured in his youthful memoir, “Dreams From My Father,” that stood him apart from other presidential aspirants.
But that was a side of him that he kept largely to himself through the first years of his presidency while he focused on other priorities like turning the economy around, expanding government-subsidized health care and avoiding electoral land mines en route to re-election.
After securing a second term, Mr. Obama appeared more emboldened. Just a month after his 2013 inauguration, he talked passionately about opportunity and race with a group of teenage boys in Chicago, a moment aides point to as perhaps the first time he had spoken about these issues in such a personal, powerful way as president. A few months later, he publicly lamented the death of Trayvon Martin, a black Florida teenager, saying that “could have been me 35 years ago.”
That case, along with public ruptures of anger over police shootings in Ferguson and elsewhere, have pushed the issue of race and law enforcement onto the public agenda. Aides said they imagined that with his presidency in its final stages, Mr. Obama might be thinking more about what comes next and causes he can advance as a private citizen.
That is not to say that his public discussion of these issues has been universally welcomed. Some conservatives said he had made matters worse by seeming in their view to blame police officers in some of the disputed cases.
“President Obama, when he was elected, could have been a unifying leader,” Senator Ted Cruz of Texas, a Republican candidate for president, said at a forum last week. “He has made decisions that I think have inflamed racial tensions.”
On the other side of the ideological spectrum, some liberal African-American activists have complained that Mr. Obama has not done enough to help downtrodden communities. While he is speaking out more, these critics argue, he has hardly used the power of the presidency to make the sort of radical change they say is necessary.
The line Mr. Obama has tried to straddle has been a serrated one. He condemns police brutality as he defends most officers as honorable. He condemns “criminals and thugs” who looted in Baltimore while expressing empathy with those trapped in a cycle of poverty and hopelessness.
In the Bronx on Monday, Mr. Obama bemoaned the death of Brian Moore, a plainclothes New York police officer who had died earlier in the day after being shot in the head Saturday on a Queens street. Most police officers are “good and honest and fair and care deeply about their communities,” even as they put their lives on the line, Mr. Obama said.
“Which is why in addressing the issues in Baltimore or Ferguson or New York, the point I made was that if we’re just looking at policing, we’re looking at it too narrowly,” he added. “If we ask the police to simply contain and control problems that we ourselves have been unwilling to invest and solve, that’s not fair to the communities, it’s not fair to the police.”
Moreover, if society writes off some people, he said, “that’s not the kind of country I want to live in; that’s not what America is about.”
His message to young men like Malachi Hernandez, who attends Boston Latin Academy in Massachusetts, is not to give up.
“I want you to know you matter,” he said. “You matter to us.”
Tribute for a Roller Hockey Warrior
Hockey is not exactly known as a city game, but played on roller skates, it once held sway as the sport of choice in many New York neighborhoods.
“City kids had no rinks, no ice, but they would do anything to play hockey,” said Edward Moffett, former director of the Long Island City Y.M.C.A. Roller Hockey League, in Queens, whose games were played in city playgrounds going back to the 1940s.
One street legend from the heyday of New York roller hockey was Craig Allen, who lived in the Woodside Houses projects and became one of the city’s hardest hitters and top scorers.
“Craig was a warrior, one of the best roller hockey players in the city in the ’70s,” said Dave Garmendia, 60, a retired New York police officer who grew up playing with Mr. Allen. “His teammates loved him and his opponents feared him.”
Young Craig took up hockey on the streets of Queens in the 1960s, playing pickup games between sewer covers, wearing steel-wheeled skates clamped onto school shoes and using a roll of electrical tape as the puck.
His skill and ferocity drew attention, Mr. Garmendia said, but so did his skin color. He was black, in a sport made up almost entirely by white players.
“Roller hockey was a white kid’s game, plain and simple, but Craig broke the color barrier,” Mr. Garmendia said. “We used to say Craig did more for race relations than the N.A.A.C.P.”
Mr. Allen went on to coach and referee roller hockey in New York before moving several years ago to South Carolina. But he continued to organize an annual alumni game at Dutch Kills Playground in Long Island City, the same site that held the local championship games.
The reunion this year was on Saturday, but Mr. Allen never made it. On April 26, just before boarding the bus to New York, he died of an asthma attack at age 61.
Word of his death spread rapidly among hundreds of his old hockey colleagues who resolved to continue with the event, now renamed the Craig Allen Memorial Roller Hockey Reunion.
The turnout on Saturday was the largest ever, with players pulling on their old equipment, choosing sides and taking once again to the rink of cracked blacktop with faded lines and circles. They wore no helmets, although one player wore a fedora.
Another, Vinnie Juliano, 77, of Long Island City, wore his hearing aids, along with his 50-year-old taped-up quads, or four-wheeled skates with a leather boot. Many players here never converted to in-line skates, and neither did Mr. Allen, whose photograph appeared on a poster hanging behind the players’ bench.
“I’m seeing people walking by wondering why all these rusty, grizzly old guys are here playing hockey,” one player, Tommy Dominguez, said. “We’re here for Craig, and let me tell you, these old guys still play hard.”
Everyone seemed to have a Craig Allen story, from his earliest teams at Public School 151 to the Bryant Rangers, the Woodside Wings, the Woodside Blues and more.
Mr. Allen, who became a yellow-cab driver, was always recruiting new talent. He gained the nickname Cabby for his habit of stopping at playgrounds all over the city to scout players.
Teams were organized around neighborhoods and churches, and often sponsored by local bars. Mr. Allen, for one, played for bars, including Garry Owen’s and on the Fiddler’s Green Jokers team in Inwood, Manhattan.
Play was tough and fights were frequent.
“We were basically street gangs on skates,” said Steve Rogg, 56, a mail clerk who grew up in Jackson Heights, Queens, and who on Saturday wore his Riedell Classic quads from 1972. “If another team caught up with you the night before a game, they tossed you a beating so you couldn’t play the next day.”
Mr. Garmendia said Mr. Allen’s skin color provoked many fights.
“When we’d go to some ignorant neighborhoods, a lot of players would use slurs,” Mr. Garmendia said, recalling a game in Ozone Park, Queens, where local fans parked motorcycles in a lineup next to the blacktop and taunted Mr. Allen. Mr. Garmendia said he checked a player into the motorcycles, “and the bikes went down like dominoes, which started a serious brawl.”
A group of fans at a game in Brooklyn once stuck a pole through the rink fence as Mr. Allen skated by and broke his jaw, Mr. Garmendia said, adding that carloads of reinforcements soon arrived to defend Mr. Allen.
And at another racially incited brawl, the police responded with six patrol cars and a helicopter.
Before play began on Saturday, the players gathered at center rink to honor Mr. Allen. Billy Barnwell, 59, of Woodside, recalled once how an all-white, all-star squad snubbed Mr. Allen by playing him third string. He scored seven goals in the first game and made first string immediately.
“He’d always hear racial stuff before the game, and I’d ask him, ‘How do you put up with that?’” Mr. Barnwell recalled. “Craig would say, ‘We’ll take care of it,’ and by the end of the game, he’d win guys over. They’d say, ‘This guy’s good.’”